About.News - Hari Raya Lebaran selalu di identik dengan mudik ke kampung halaman. Para perantau berbondong - bondong memadati tempat-tempat transportasi dari mulai terminal, pelabuhan, stasiun, sampai bandara. Kota-kota besar seperti Jakarta mendadak sepi ditinggal penghuninya. Pasalnya, saat lebaran menjadi momen berharga bagi banyak masyarakat terutama umat muslim untuk saling bermaaf-maafan sekaligus bersilaturahmi. Berbagai persiapan juga diperlukan sebelum mudik ke kampung halaman. Mulai dari memesan tiket, memeriksa kendaraan jika mudik dengan kendaraan pribadi hingga membawa oleh-oleh. Yang paling dirindukan ketika sedang merantau yaitu berkumpul dengan keluarga. Namun, meski mudik menjadi budaya Indonesia yang identik jelang Idul Fitri. Nyatanya banyak juga yang belum bisa mudik ke kampung halaman dan bertahan di tanah rantau. Mulai dari ongkos mudik belum memadai hingga adanya tuntutan pekerjaan yang harus diselesaikan. Banyaknya yang masih belum bisa mudik ini membuat netizen mengeluarkan keluh kesahnya di media sosial. Tak hanya itu saja, soal tidak mudik bagi anak rantau juga beredar di media sosial.
Salah satunya Ike yang merayakan lebaran ditanah perantauan, ia seorang karyawan swasta yang tinggal di Jakarta. “saya sudah dua kali lebaran, tidak mudik, dikarenakan pada tahun 2022 pemerintah tidak diperbolehkan mudik karena pandemi covid-19, pada tahun 2023 dikarenakan ada kendala karena ada faktor keuangan yang tidak memungkinkan”, ungkapnya. Ike juga mengungkapkan bahwa pandemi telah mengajari ia banyak hal, salah satunya ia bisa kuat dalam melaksanakan idul fitri ditanah rantau, tanpa orang tua, keluarga maupun teman.
"Saya sangat merindukan momen kebersamaan dengan keluarga dan merayakan Lebaran seperti biasa. Tetapi mau bagaimana lagi sudah dua tahun saya tidak pulang dikarenakan ada kendala yang tidak memungkinkan untuk saya pulang", tambahannya. Jarak dengan keluarga dan tanah perantauan sangatlah jauh akan tetapi tidak pernah menghalangi rasa kasih sayang untuk seorang ibu. Di kala sedang sibuknya bekerja untuk memberikan yang terbaik untuk keluarga, ibu tidak pernah lupa mencoba berkomunikasi lewat telepon hanya untuk sekadar menanyakan kabar. Tak ada yang lebih hangat dari pelukan seorang ibu. Tidak peduli seberapa dewasanya seorang anak, ia akan selalu merindukan hangat ibunda tercinta. Pelukan hangat, yang tidak dapat dilakukan saat itu lantaran seorang anak yang berbakti harus mengadu nasib di kota lain agar dapat membahagiakan kedua orang tuanya kelak. Sejak kecil memang saya lebih dekat dengan Ibu, karena Ayah terlalu sibuk dengan kerjaannya.
“ Tahun 2022 merupakan pertama kali saya merayakan lebaran ditanah rantau, Rasa sedih yang menyelimuti rindu akan kampung halaman, orang tua dan makanan khas ketika lebaran. Sunyi, sepi dan sedih. Semua warung makan tutup, hanya toko waralaba yang buka. Air mata berlinang dipipi sembari makan semangkok mie instan. Pikiranku melayang membayangkan kemeriahan di kampung halaman”, ujarnya.
Idul fitri yang berarti kembali ke fitrah, itulah arti sebenarnya. Idulfitri dijadikan ajang silaturahim dengan fashion, makanan dan minuman yang sedikit elegan. Momen Idulfitri juga dijadikan umat islam sebagai hari berkumpulnya sanak keluarga. Hari dimana semua orang saling berjabat tangan, tersungkur didepan kedua orangtua untuk meminta dan memohon maaf. Seharusnya di moment yang ditunggu setiap tahunnya untuk berkumpul dengan keluarga,dan sanak saudara setelah setahun mengumpulkan pundi-pundi penghasilan di Ibu Kota pun terkubur sementara. Sebagai anak rantau yang mengadu nasib di Ibu Kota, Tentu saja tidak mudah menjalani lebaran tanpa keluarga di tanah rantau. Apalagi Jakarta cenderung sepi saat hari raya Idulfitri lantaran banyaknya warga yang mudik ke kampung halamannya masing - masing.
Untungnya saja saat ini teknologi komunikasi sudah canggih. Kita bisa medengar suara bahkan melihat foto atau video call melalui smartphone. Meski tidak bertatap muka secara langsung, setidaknya bisa saling melepas kerinduan dan saling bermaafan.
Komentar
Posting Komentar